Kim Jong-un lagi-lagi bikin dunia panas dingin. Kali ini bukan cuma soal nuklir atau parade militer, tapi soal komentarnya yang tajam terhadap aksi militer Amerika dan sekutunya. Setelah serangan udara AS dan Israel ke fasilitas nuklir Iran, Kim langsung buka suara. Nggak pake basa-basi, dia bilang itu pelanggaran brutal terhadap kedaulatan negara lain. Dan yang lebih bikin geger: dia menyerukan dunia internasional buat bersatu lawan arogansi militer Barat. Lo bayangin, seorang diktator yang dituduh pelanggar HAM berat, sekarang tampil kayak pahlawan anti-imperialis. Ironis? Banget.

Tapi jangan salah, ini bukan cuma retorika kosong. Beberapa hari sebelum komentar soal Iran itu, Kim udah ketemu langsung sama Menteri Keamanan Rusia, Sergei Shoigu. Mereka peluk-pelukan politik dan sepakat buat memperkuat aliansi militer. Kim bahkan janji akan dukung Rusia tanpa syarat dalam konflik Ukraina. Lo ngerti nggak sih? Satu rezim otoriter ngasih restu penuh ke rezim otoriter lain buat terusin perang. Dunia kayak lagi nonton sarkasme level dewa.

Apa yang sebenernya dicari Kim? Simpati? Legitimasi? Atau cuma pengen unjuk gigi ke Amerika bahwa “gue punya temen, dan kita siap lawan lo”? Boleh jadi semua itu benar. Tapi yang jelas, narasi yang dibangun Korea Utara sekarang makin berani. Mereka nggak cuma mau terlihat sebagai korban sanksi internasional, tapi mulai mengambil posisi sebagai oposisi frontal terhadap dominasi militer Barat.

Yang bikin miris, banyak negara di Selatan dunia malah mulai angguk-angguk setuju. Mereka capek sama standar ganda global. Ketika Barat nyerang negara lain, katanya buat keamanan dunia. Tapi kalau negara lain ngelawan, langsung dicap teroris. Kim Jong-un paham betul permainan narasi ini. Dia memanfaatkan celah ketidakpuasan dunia terhadap hegemoni global.

Dan sekarang, dunia harus hadapi kenyataan: musuh demokrasi makin kompak. Mereka saling dukung, saling lindungi, dan saling dorong buat makin keras kepala. Sementara itu, PBB? Diam. Barat? Sibuk dengan urusan domestik dan pilpres. Kritisnya: jangan-jangan kita semua lagi nonton dunia masuk ke babak baru Perang Dingin, versi yang lebih absurd, lebih digital, dan lebih tak terduga.

Popular posts from this blog