*_"Surga Bukan Hak, Tapi Anugerah"_*
Surga, dalam pandangan Islam, memang seperti rumah milik Allah Subhanahu wa ta'ala. Dan sebagaimana rumah, hanya pemiliknya yang berhak menentukan siapa yang boleh masuk, siapa yang pantas tinggal, dan dengan aturan apa seseorang diizinkan masuk.
Orang lain tidak bisa memaksa masuk ke rumah tanpa izin, apalagi menetapkan aturan sendiri di rumah orang lain. Begitu pula surga tidak ada manusia, nabi, wali, atau malaikat pun yang bisa mengatur siapa yang masuk kecuali atas kehendak dan keridhaan Allah semata.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اِنَّ اللّٰهَ يُدْخِلُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَ نْهٰرُ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يَفْعَلُ مَا يُرِيْدُ
innalloha yudkhilullaziina aamanuu wa 'amilush-shoolihaati jannaating tajrii ming tahtihal-an-haar, innalloha yaf'alu maa yuriid
"(Sungguh), Allah akan memasukkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Sungguh, Allah berbuat apa yang Dia kehendaki."
(QS. Al-Hajj 22: Ayat 14)
Artinya: yang menentukan syarat dan siapa yang layak masuk adalah Allah, bukan manusia.
Maka tugas kita bukan menebak siapa yang masuk surga atau neraka, tetapi bagaimana terus memperbaiki diri agar kita termasuk tamu yang diundang dan diridhai untuk memasuki rumah yang penuh kenikmatan itu.
Ingat juga, bahkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
*"Tidak seorang pun di antara kalian yang akan masuk surga karena amalnya." Mereka bertanya, "Termasuk engkau wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Termasuk aku, kecuali bila Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadaku."*
_(HR. Bukhari dan Muslim)_
Artinya: masuk ke dalam surga adalah semata karena rahmat Allah, bukan karena merasa sudah cukup baik.
Indah dan lembutnya pemahaman ini seharusnya membuat kita rendah hati, terus berharap rahmat Allah, dan tidak mudah menghakimi siapa yang layak atau tidak layak masuk rumah-Nya.