Di tengah stagnasi pembinaan voli nasional dan inkonsistensi federasi, Megawati Hangestri Pertiwi justru melangkah berani ke kancah Eropa. Pevoli andalan Indonesia ini resmi bergabung dengan klub asal Turki, Manisa BBSK, menjadi pemain Indonesia pertama yang berkiprah di liga voli Turki.
Transfer ini diumumkan Manisa BBSK pada Sabtu (5/7), hanya sehari setelah Megawati melangsungkan pernikahan dengan atlet finswimming nasional, Dio Novandra Wibawa. Sebuah momen personal yang bersanding harmonis dengan lompatan profesional yang bersejarah.
Namun langkah Megawati bukan sekadar perpindahan klub. Ini adalah sinyal kuat: bakat Indonesia tak selamanya harus membusuk dalam sistem kompetisi domestik yang belum sepenuhnya sehat. Di usianya yang baru menginjak 25 tahun, Megawati memilih tantangan baru di kasta kedua Liga Voli Turki—sebuah arena yang kompetitif, profesional, dan terukur.
Kepindahannya ke Manisa, tim promosi yang tengah membangun kekuatan, justru menunjukkan kepercayaan dan potensi besar yang dilihat klub asing pada dirinya. Sebelumnya, Megawati sukses mencuri perhatian saat memperkuat Daejeon Red Sparks di Korea Selatan, membukukan catatan impresif hingga membawa timnya menjadi runner-up.
Pertanyaannya: mengapa talenta sekelas Megawati justru lebih dihargai di luar negeri? Di saat atlet Indonesia masih harus berjibaku dengan keterbatasan infrastruktur dan pengelolaan federasi yang penuh drama, Megawati memilih jalan yang lebih rasional: keluar dari lingkaran stagnasi.
Ia kini menjadi simbol harapan, bahwa profesionalisme sejati tak hanya datang dari panggung dalam negeri, tapi dari keberanian menembus batas.