Liverpool – Dunia sepak bola kembali berduka. Diogo Jota, penyerang andalan Liverpool, meninggal dunia bersama adiknya, Andre Silva, dalam kecelakaan tragis di Spanyol. Hanya dua pekan usai pernikahannya yang penuh kebahagiaan, Jota justru pulang ke kampung halaman dalam peti jenazah. Dunia gemetar. Anfield menangis.
Ribuan pelayat memadati pemakaman di Gondomar, Portugal. Pemain-pemain Liverpool seperti Virgil van Dijk, Robertson, Mac Allister, hingga legenda seperti Henderson dan Milner, datang dengan wajah sendu. Arne Slot, manajer baru The Reds, ikut memimpin doa. Klub membuka buku belasungkawa dan mengibarkan bendera setengah tiang. Lagu “He Will Take Us to Victory” menggema lirih dari para Kopites—nyanyian yang kini bukan sekadar chant, tapi doa bagi sang pahlawan yang gugur.
Di tengah suasana duka, aktivitas bursa transfer tetap berjalan. Liverpool menggebrak Eropa dengan memecahkan rekor Bundesliga: Florian Wirtz resmi berseragam merah dengan nilai £116 juta. Tak hanya itu, The Reds tengah memburu Castello Lukeba dari RB Leipzig, dan mempertimbangkan melepas Ben Doak ke Crystal Palace demi menggaet Marc Guéhi.
Namun badai belum berhenti. Bayern Munich diam-diam mengincar Luis Díaz. Di saat luka masih menganga, Liverpool justru harus bersiap menghadapi godaan klub elite dan krisis emosional di ruang ganti.
Musim belum dimulai, tapi Anfield telah diguncang dari dua arah: duka mendalam dan dinamika transfer panas. Diogo Jota telah pergi, namun semangatnya akan tetap hidup—dalam setiap detak jantung The Kop, dan setiap gol yang tercipta di Anfield.