Nama Immanuel Ebenezer kembali menghantam headline negeri. KPK menemukan fakta mencengangkan saat menggeledah rumah mantan Wamenaker itu: sebuah Alphard mewah dan empat ponsel cerdas yang disembunyikan rapi di plafon rumah. Temuan ini menambah panjang daftar barang sitaan, yang kabarnya sudah mencapai 24 kendaraan mewah. Pertanyaan besar pun menggantung: bagaimana seorang aktivis jalanan yang dulu dikenal vokal bisa bertransformasi menjadi simbol dugaan kerakusan kekuasaan?
Presiden Prabowo Subianto, yang tak bisa menghindar dari sorotan, akhirnya angkat bicara. “Saya agak malu,” ujarnya, sembari menegaskan Immanuel belum resmi menjadi kader Gerindra karena tak pernah ikut kaderisasi. Namun publik jelas tak peduli soal formalitas partai; yang dilihat hanya fakta bahwa nama Gerindra kini terseret dalam lumpur skandal.
Lebih panas lagi, Immanuel mengajukan permintaan amnesti kepada Presiden. Langkah nekat ini sontak memicu gelombang reaksi keras: sebagian menilai ini bentuk arogansi, sebagian lain menganggapnya manuver politik di tengah badai hukum. Sementara KPK terus menguatkan bukti, masyarakat terbelah antara skeptis dan marah.
Satu hal pasti: kasus ini bukan sekadar tentang mobil mewah atau ponsel tersembunyi. Ini tentang wajah politik Indonesia yang lagi-lagi dipermalukan oleh sosok yang dulu dielu-elukan, kini tersungkur di bawah sorotan lampu penyidikan.