Dilema Gaza: Dukungan AS pada Israel Diguncang Penolakan Publik dan Tekanan Politik


Washington kembali terjebak dalam dilema Gaza. Satu sisi, Amerika Serikat berdiri kokoh di belakang Israel, menyuplai senjata dan dukungan politik di panggung internasional. Di sisi lain, tekanan publik di dalam negeri makin menggerus legitimasi kebijakan itu. Data survei Gallup terbaru menohok: hanya sepertiga warga AS yang masih menyetujui aksi militer Israel. Di kalangan muda dan pemilih Demokrat, penolakan bahkan jadi arus utama.

Namun, Gedung Putih tetap bersuara lantang. Presiden Trump menyebut AS tengah melakukan “negosiasi sangat dalam” dengan Hamas, mendesak pembebasan sandera, sembari memperingatkan konsekuensi “brutal” jika tuntutan tak diindahkan. Ironisnya, di balik panggung, dokumen internal Pentagon mengungkap kecemasan pejabat tinggi soal potensi kejahatan perang Israel dan bencana kemanusiaan di Gaza.

Di Capitol Hill, garis partai makin tebal. Republikan mendorong percepatan bantuan militer, sementara Demokrat menggugat kebijakan perang tanpa ujung, menuntut jeda kemanusiaan. Situasi kian panas setelah laporan Israel menguasai 40 persen Kota Gaza, dengan ribuan korban sipil berjatuhan dan warga bersumpah tak akan pergi meski dihujani bom.

Bagi publik AS, gambar-gambar kehancuran Gaza bukan sekadar berita asing. Itu jadi ujian moral sekaligus politik: sampai kapan Washington bisa berdiri di sisi Israel tanpa kehilangan legitimasi di mata dunia—dan rakyatnya sendiri?